Umumnya tidak hanya data primer, tetapi karya tulis ilmiah tetap membutuhkan data sekunder sebagai pelengkap. Data sebenarnya adalah istilah populer yang terkenal sejak berabad-abad sebelumnya. Berdasarkan catatan, istilah data berasal dari bahasa Romawi, yakni datum yang berarti sesuatu yang diberikan.
Kemudian data memiliki definisi secara umum, yakni sebagai kumpulan informasi yang berasal dari pengamatan, baik berbentuk angka, lambang, atau sifat-sifat tertentu lainnya. Sedangkan, Arikunto Suharsimi (2002) memiliki definisi data yang berbeda, yakni fakta yang dapat berperan untuk menyusun berbagai informasi.
Sampai sekarang, orang-orang juga dapat menemukan data dalam berbagai aktivitas kehidupan. Oleh karena itu, data dibedakan dalam kelompok-kelompok yang berbeda. Misalnya berdasarkan cara memperolehnya, data terdiri dari data primer dan data yang bersifat sekunder. Sedangkan berdasarkan sifatnya, data meliputi data kualitatif dan kuantitatif.
Orang-orang di lingkungan akademik umumnya tidak asing dengan berbagai karya tulis ilmiah. Dalam prosesnya, karya tulis berasal dari aktivitas penelitian. Misalnya skripsi sebagai syarat kelulusan di tingkat pendidikan strata 1. Penelitian merupakan aktivitas ilmiah berdasarkan kaidah dan metode untuk memperoleh data dalam memecahkan masalah.
Secara sederhana, data primer memiliki definisi sebagai data pokok yang diperoleh secara langsung. Lantas, apa pengertian sumber data yang bersifat sekunder? Tidak seperti pengertian data primer, data di tingkat sekunder merupakan data yang tidak diperoleh secara langsung, melainkan melalui media perantara. Artinya peneliti berperan sebagai pihak kedua.
Sugiyono (2016) berpendapat data yang bersifat sekunder merupakan data-data yang tidak langsung memberi data utama untuk memecahkan masalah. Jonathan Sarwono (2005) juga menawarkan definisi yang berbeda, yakni data-data yang telah tersedia sebelumnya agar peneliti dapat langsung mengumpulkannya.
Pada tahun 1998, Hanke dan Reitsch lebih dulu menawarkan pengertian yang berbeda. Menurutnya, data yang ada di tingkat sekunder merupakan data-data yang berasal dari lembaga pengumpul dan sengaja dipublikasikan agar masyarakat dapat menggunakan data-data tersebut. Pada umumnya, data dengan bersifat sekunder kerap berperan sebagai pendukung untuk berbagai data primer.
Biasanya data-data ini berasal dari dokumentasi, seperti buku-buku cetak dan e-book, jurnal, laporan, dan media-media lainnya. Nah, salah satu universitas di Jakarta yang menawarkan data bersifat sekunder secara up to date adalah Universitas Bunda Mulia (UBM). Jadi, kamu dapat menghindari data dengan sumber yang salah, tidak relevan, atau kadaluwarsa.
Secara definisi, data di tingkat sekunder merupakan data dari sumber sekunder. Data semacam ini kerap berperan sebagai data pendukung. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab data pendukung pada dasarnya memiliki masalah akurasi dan mempunyai potensi ] misinterpretasi. Oleh karena itu, data pendukung tidak dapat menggantikan peran data utama.
Meski demikian, orang-orang tetap dapat menemukan penelitian yang berfokus dengan data di tingkat sekunder. Penelitian semacam ini kerap disebut sebagai meta-study, yakni penelitian yang mengagregasikan penelitian yang lain. Lantas, apa saja karakteristik data yang ada di tingkat sekunder?
Tidak seperti data primer yang berperan sebagai data utama, pasalnya data di tingkat sekunder umumnya tergolong dalam data pendukung. Biasanya data ini berperan untuk mendukung kredibilitas data-data pokok yang telah terkumpul sebelumnya. Jadi, aktivitas penelitian umumnya kurang sempurna tanpa adanya data-data pendukung.
Umumnya, data-data bersifat sekunder berasal dari pihak ketiga. Sedangkan, alasan disebut berasal dari pihak ketiga karena sumber data berasal dari berbagai pendapat ahli dan dokumen. Misalnya, dokumen yang berasal dari pendidik di Universitas Bunda Mulia (UBM) dan informan lainnya.
Dengan demikian, saat peneliti mengandalkan data dari pihak lain, maka secara otomatis data-data tersebut tidak berasal dari sumber utama. Hal ini pada dasarnya relevan dengan data di tingkat sekunder yang hanya berperan sebagai pendukung. Sedangkan, data dari pihak pertama berarti data-data yang bersinggungan secara langsung dengan masalah yang diteliti.
Sadar atau tidak, data-data yang bersifat sekunder umumnya tersebar di berbagai media. Dalam hal ini, peneliti tidak memiliki kewajiban untuk datang ke lokasi secara langsung, melainkan hanya mengambil dan menganalisis data-data yang terarsip sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian dengan data di tingkat sekunder populer dengan nama desk study.
Seperti data primer dalam artikel Ayo, Belajar Data Primer! Krusial untuk Produksi Karya Tulis Ilmiah, data di tingkat sekunder juga memiliki teknik pengumpulan data yang berbeda, lho. Akan tetapi, secara umum hanya terdapat 2 cara untuk mengumpulkan data-data yang bersifat sekunder, yakni dengan studi literatur dan analisis media.
Menurut Sugiarto (2001), teknik atau metode pengumpulan data bersifat sekunder disebut sebagai teknik penggunaan bahan dokumen. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab peneliti tidak mengambil data secara langsung di lapangan, melainkan memanfaatkan data dari dokumen atau media lain yang berasal dari pihak ketiga.
Source: Unsplash
Teknik data sekunder yang sering berperan untuk mengumpulkan data adalah studi literatur. Pada dasarnya, teknik ini merupakan aktivitas untuk meneliti berbagai dokumen, khususnya agar dapat menarik kesimpulan dari literatur tersebut. Tujuannya agar peneliti memperoleh informasi tambahan untuk memecahkan suatu masalah.
Studi literatur juga kerap digemari banyak orang, sebab menawarkan aktivitas pengumpulan data yang relatif mudah dan memberi berbagai sumber. Dalam hal ini, peneliti sebaiknya menggunakan basis data yang dapat dipertanggungjawabkan. Misalnya data yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Seiring perkembangan teknologi, peneliti dapat menggunakan analisis media guna menemukan berbagai informasi untuk memecahkan suatu masalah. Umumnya teknik ini membuat peneliti menemukan informasi tentang apa yang orang-orang pikirkan, khususnya melalui berbagai media populer untuk memecahkan masalah.
Selain itu, peneliti juga menemukan berbagai masalah lain yang ada di masyarakat. Tujuannya untuk memperkaya informasi, yang mana hal ini berperan penting dalam penelitian. Sebenarnya, teknik analisis media mampu memberi gambaran menyeluruh, khususnya tentang masalah yang diteliti tanpa harus repot-repot terjun ke lapangan.
Pada akhirnya, data di tingkat sekunder umumnya tidak dapat terlepas dari data primer untuk menarik kesimpulan. Data ini sebenarnya juga telah tersedia sehingga mudah diperoleh. Alhasil, orang-orang tidak perlu mengeluarkan banyak waktu, tenaga, dan biaya untuk memperoleh berbagai data pendukung.
Data ini juga mudah terklasifikasi atau terevaluasi sehingga dapat membantu untuk memecahkan masalah. Tentunya, dengan bantuan data primer sebagai data utama. Biasanya, dengan adanya data pendukung, orang-orang dapat menemukan berbagai informasi tambahan sehingga penelitian menjadi bermakna.
Sampai sekarang, Universitas Bunda Mulia (UBM) merupakan universitas terbaik di Jakarta. Orang-orang dapat belajar sampai memperoleh berbagai data pendukung, khususnya dari pengajar profesional, buku, dan arsip penelitian terdahulu. Alhasil, kamu memiliki kesempatan untuk penelitian dan memproduksi karya tulis ilmiah dengan data primer dan data sekunder